Zaenal Book : Kegagalan Pebisnis Pemula |
Sepanjang
sejarah hidup manusia tidak ada satu keberhasilan pun yang dicapai oleh manusia
tanpa adanya perjuangan. Kalimat ini mungkin sering kita dengar dan secara umum
kebanyakan orang pun telah sepakat dengan pernyataan tersebut. Coba perhatikan
kata perjuangan, apa sih makna perjuangan? Mengapa perjuangan selalu dikaitkan
dengan kesuksesan?
Secara
umum perjuangan tentu bermakna sebuah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
melewati rintangan dalam proses mencapai sebuah tujuan. Perjuangan dalam proses
pencapaian kesuksesan tidak akan terjadi tanpa adanya rintangan. Perjuangan
tidak akan dikatakan sebagai perjuangan jika tidak ada yang namanya rintangan. Rintangan
ini bentuknya bermacam-macam salah satunya adalah kegagalan. Kegagalan atas
sebuah upaya atau metode pencapaian dari kesuksesan. Contoh ringannya saya
ingin menjadi pengusaha kuliner terbesar di Yogyakarta. Upaya yang dilakukan
adalah secara nyata berjualan makanan. Akan tetapi faktanya dagangan makanan
saya tidak enak dan tidak disukai banyak orang. Akibatnya usaha kuliner saya
bangkrut.
Coba
perhatikan dan kita bahas contoh sederhana diatas. 1) Tujuan kesuksesannya
adalah menjadi pengusaha kuliner terbesar di Yogyakarta. 2) Upaya atau proses
yang dijalani adalah dia memasak dan langsung praktek berjualan makanan. 3) Rintangannya
kualitas makanannya tidak sesuai
sehingga tidak laku. 4) Kegagalannya adalah dia belum berhasil menjadi
pengusaha kuliner terbesar di Yogyakarta.
Jika
kita renungi 4 proses tersebut kita akan dapat melihat dengan jelas dimana
letak kendala dalam proses menuju berhasil. Kita akan mampu memetakan
perjalanan proses menuju keberhasilan. Dari ke empat tahapan tersebut tentu
kita sepakat bahwa kegagalan disebabkan proses ketiga. Padahal pada proses
ketiga adalah hal pokok atas tujuannya. Bisnis kuliner nyawa utamanya ya jelas
di rasa makanan itu sendiri.
Begitupun
dalam bisnis dibidang lainnya, seringkali banyak orang yang berbisnis dan
ketika gagal dia sulit untuk bangkit kembali. Baik itu karena dia terauma,
modal habis, jenuh, ataupun putus asa. Nah berikut dibawah ini faktor-faktor
utama kegagalan dalam berbisnis untuk pemula.
Tidak Konsisten
Biasanya
orang yang pertama kali berbisnis khayalannya sudah jauh kedepan tentang posisi
dia yang sudah sukses. Misalnya : “Jika saya bisa jual 10 produk saya dapat
segini nih, wah itu baru sehari kalo sebulan berarti ya segini, setahun? Dan seterusnya”.
Hal ini sebenarnya baik untuk memacu motivasi diri tentunya jika tidak dilakukan
secara berlebihan sampai lupa bahwa praktek dilapangan tidak semudah itu.
Logikanya kalaupun jualan laris pun dia akan lebih ekstra dalam bekerja, bisa
jadi melebihi jam kerja ketika dia menjadi karyawan pada umumnya yang bekerja
8jam. Tidak konsistennya dimana? Nah biasanya pebisnis pemula ketika dihadapkan
dengan ketidaksesuaian antara ekspektasi dengan realita dia akan berkata “Ko
gini ya?” Ah ya sudahlah aku tak fokus yang lain dulu.” Ragam sekali alasannya
yang intinya dia kaget dan males untuk melanjutkan sesuai planing diawal.
Padahal itu baru rintangan awal, yaitu produk belum laku. Logika saja namanya
produk baru tentu butuh proses pengenalan.
Salah Pengelolaan
Pada
faktor ini umumnya berfokus pada bidang pengelolaan keuangan dan sumber daya
manusia atau SDM serta kualitas produk. Pada bidang keuangan yang sering terjadi adalah uang pribadi
dengan uang usaha dicampur jadi satu. Tidak dapat menekan biaya tetap maupun
biaya operasional. Salah perhitungan harga jual misalnya karena beranggapan sebagai
pendatang baru makanya harga harus murah. Padahal dibelakang belum ada
persiapan. Seperti yang dijelaskan pada
tulisan Cara menentukan harga jual yangbenar pada postingan sebelumnya. Sedangkan pada pengelolaan SDM biasanya pebisnis pemula mereka
akan langsung menggunakan karyawan baru. Dengan tujuan salah, yaitu agar
terlihat wah atau sudah riil menjadi pengusaha oleh teman-temannya maupun
keluarganya. Padahal risiko biaya tetap menggandeng karyawan baru tidaklah
kecil. Boleh saja langsung merekrut karyawan baru, namun harus diperhitungkan
dengan baik dan jangan menganggap mereka sebagai budak ataupun berprinsip
pengusaha lebih baik daripada karyawan. Ingat
tidak ada seorang pengusaha yang sukses tanpa adanya karyawan yang sukses. Semua
saling melengkapi dan saling membutuhkan, memanusiakan manusia dan bekerja sama
adalah solusi terbaik untuk pengelolaan SDM. Kemudian untuk manajemen kualitas produk, justru ini harus menjadi fokus utama setelah pemasaran. Kebanyakan pebisnis pemula menggebu-gebu di pemasaran, tapi lupa akan kualitas produk. Padahal ini bisa menjadi bahaya, bayangkan saja ketika market sudah tau produk kita namun taunya kualitas produk jelek? Sama saja membuka borok atau aib bisnis sendiri.
Salah Membaca Peluang
Salah
membaca peluang sangat beda tipis dengan pengusaha inovatif. Pengusaha inovatif
biasanya unik dan baru. Salah membaca peluang pun demikian, biasanya aneh unik
dan baru. Namun perbedaanya terletak pada diterimanya
produk atau jasa kita oleh market sesuai segemen yang ditentukan. Kunci
dari mengatasi hal ini adalah konsisten dalam memperjuangkan ide baru sesuai
yang diharapkan dan segera beradaptasi jika sekiranya ide tersebut benar-benar
salah atau tidak diterima oleh pasar. Contoh : Gojek, dulu dia terdengar asing
dan bahkan ditentang banyak orang sampai terjadi kekerasan. Tapi karena data menunjukan
bahwa pasar memang butuh produk itu maka diperjuangkanlah hingga sekarang
menjadi besar. Contoh lain, misal karena suka keju kita membuat usaha nasi
goreng keju. Awalnya memang terdengar asing, dan diperjuangkan semaksimal
mungkin dengan berbagai macam iklan dan publikasi. Namun faktanya pasar tidak
menerimanya atau kalah dengan kuliner lain. Padahal logikanya nasi itu makanan
pokok sehari-hari orang Indonesia yang harganya sangat sensitif. Tentu akan
rancu jika disandingkan dengan keju, kecuali dengan packaging dan segemen
terntu meskipun itu masih diragukan.
Bermental Cengeng
Ciri
khas dari pebisnis pemula adalah menggebu-gebu dan sejuta teori dan khayalan.
Hal itu sebenarnya tidak salah jika dilakukan secara konsisten. Namun faktanya
kegagalan pebisnis pemula biasanya dia langsung mundur ketika gagal dalam
melewati fase kegagalannya. Padahal untuk menciptakan penemuan listrik tidak
takut kesetrum/tersengat listrik. Bayangkan saja jika dulu Thomas Alva Edison
dan Michael Faraday takut listrik. Mungkin kita sekarang belum tentu bisa
ngecas barang-barang elektronik. Sama halnya dengan pengusaha, listrik dapat
diibaratkan sebagai kegagalan. Kalo takut maka tidak akan tercipta namanya
menjadi pengusaha.
Pemalas
Faktor
ini lebih mendalam contohnya seperti menunda-nunda pekerjaan. Mengabaikan
kesempatan yang ada. Merasa dirinya sudah memiliki banyak kelebihan sehingga
enggan untuk melakukan hal baru maupun belajar dengan hal baru. Solusi akan hal
ini adalah membiasakan disiplin dengan hal-hal kecil yang ada disekitar kita
dan pada kehidupan sehari-hari. Contoh bangun tepat waktu, membuang sampah pada
tempatnya. Orang disiplin biasanya meskipun tidak ada tempat sampah, dia akan
menyimpan disaku atau di tas sampah tersebut dan membuangnya pada tempat sampah
ditempat lain ketikda dia menemuinya. Kebiasaan hal kecil ini secara perlahan
dapat menghilangkan sifat pemalas.
Demikian
5 Faktor Utama Kegagalan Pelaku Bisnis Pemula semoga bermanfaat dan Jangan Lupa
bagikan kepada orang disekitar Anda jika ini bermanfaat. Terima Kasih
Oleh
: Zaenal Mustopa S.E