BAHKAN JADI ICON DAERAH, KESUKSESAN BISNIS KULINER KELUARGA LEGENDARIS
KLATEN, Sop, Soto Dan Penikmatnya
yang suka gembrobyos. Sebagai warga Klaten yang pernah merantau, betempat
tinggal di luar pulau, saya turut berbangga dengan popularitas Sop Pak Min Klaten.
Keberadaan sop Pak Min ini saya yakini mampu menciptakan sebuah tagline bahwa Klaten
tidak
kemana mana tapi ada dimana mana. Di kotanya sendiri, sop Pak Min juga
tidak kalah bersaing. Sop Pak Min tetap menjadi market leader dalam persoalan
kuliner berbasic kuah.
Kehadiran Soto Gedeg, Soto bening
sampai Soto Seger tidak cukup membuat sop Pak Min ini kehilangan tajinya di
kandang sendiri. Bagi saya sendiri, Sop Dan Soto adalah kuliner yang tidak
banyak bedanya apalagi sop dan soto khas Klaten. Keduanya berkuah bening,
keduaya sama sama dominan memiliki rasa asin dan gurih. Tetapi atmosfir
persaingan bisnis kuliner berbasic kuah ini memang sangat kompetitif, kondisi
ini terjadi karena segmentasi pasar kedua produk ini bisa dikatakan sama. Tidak
ada yag lebih unggul, keduanya menjadi juara di hati para penggemarnya.
Sop dan soto telah menjadi
entitas asli Klaten yang mudah dikenal selain mbah minto dan bupatinya yang
pernah viral. Kedua jenis kuliner ini meramaikan persaingan bisnis kuliner di
semua kelas social, dari kelas kampung hingga pusat kota kedua jenis kuliner
ini bersaing dengan sangat ketat. Salah satu indicator kepuasan pelanggan dalam
menikmati kedua jenis kuliner ini adalah “gembrobyos”. Dalam terminology bahasa
jawa di Klaten khususunya gembrobyos diartikan sebagai salah satu proses alami
tubuh untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan sekitar. Caranya dengan mengeluarkan
cairan yang mengandung garam melalui kelenjar keringat, atau lebih mudah kita
sebuat berkeringat. Di Klaten sendiri banyak kita temuai pelanggan sop dan soto
bercucuran keringat setelah menikmati hidangan ini, saya sendiri menganggap ini
adalah perilaku yang “nganeh nganeh i”.
Menikmati sebuah hidangan makan
seyogyanya kita nikmati dengan santai, tenang dan dalam temperature tubuh yang
normal-normal saja. Seringkali ketika jajan soto atau sop di warung kemudian
melihat orang mulutnya megap-megap dan badannya berkeringat saya hanya mbatin,
sebenanrnya orang ini mau makan apa bunuh diri? Mau menikmati atau menyiksa
diri ? Sungguh situasinya demikian ini itu tak ubahnya adalah situasi dimana
akhir bulan, radedet dan kemudian ditagih utang, rasane kemropok. Apa iya, Soto
dan sop harus dinikmati dengan cara gembrobyos ?
Oleh : Senggo Praduto S.T